Ibu adalah sekolah yang pertama bagi anak-anaknya. Hadis riyawat Bukhari dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, bahawa Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda :-
"setiap anak yang dilahirkan itu telah membawa fitrah beragama (perasaan percaya kepada Allah). Maka kedua orangtuanya lah yang menjadikan anak tersebut beragama Yahudi, Nasrani ataupun Majusi."
Imam Al-Ghazali mengatakan :
"Anak itu adalah amanah bagi kedua orangtuanya, hatinya yang suci itu adalah permata yang mahal. Apabila ia diajar dan dibiasakan kebaikan, maka ia akan tumbuh pada kebaikan itu dan akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Tetapi apabila ia dibiasakan untuk melakukan kejahatan, maka ia akan sengsara dan binasa."
Imam Al-Ghazali mengatakan :
"Anak itu adalah amanah bagi kedua orangtuanya, hatinya yang suci itu adalah permata yang mahal. Apabila ia diajar dan dibiasakan kebaikan, maka ia akan tumbuh pada kebaikan itu dan akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Tetapi apabila ia dibiasakan untuk melakukan kejahatan, maka ia akan sengsara dan binasa."
Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah.
"Fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakkan manusia tidak mengetahui." (QS : 30:30)
Yang dimaksud dengan fitrah Allah adalah bahawa manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama, iaitu agama tauhid. Dari sini, peranan pembiasaan, pengajaran dan pendidikan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak akan menemukan tauhid yang murni, keutamaan-keutamaan budipekerti, spiritual dan etika agama yang lurus.
Akan halnya faktor pendidikan Islam yang utama, Rasulullah menegaskan dalam banyak hadits:
"Seseorang yang mendidik anaknya adalah lebih baik daripada ia bersedekah dengan satu sha" (HR. Tirmidzi)
"Tidak ada pemberian yang lebih baik dari seorang ayah kepada anaknya daripada akhlak yang baik" (HR Tirmidzi)
"Ajarilah anak-anak dan keluargamu kebaikan, dan didiklah mereka"
(HR Abdu'r Razaq dan Sa'id bin Manshur)
" Didiklah anak-anak mu dalam tiga perkara: cinta kepada Nabimu, cinta pada keluarganya (ahlu'l-bait) dan membaca Al Quran" (HR Ath Thabrani)
Juga adanya pengaruh faktor persekitaran rumah, persekitara sosial, sekolah atau luar rumah lainnya.
"Seseorang berada dalam tuntunan sahabatnya, maka hendaklah salah seorang dari kamu melihat siapa yang menjadi sahabatnya" (HR Tirmidzi)
Pemahaman hadits ini adalah bahawa sahabat mempunyai pengaruh besar terhadap seseorang.
Salah satu wasiat Ibnu Sina dalam pendidikan anak-anak:
"Hendaklah bersama seorang anak kecil dalam pergaulan sehar-hari, kerana anak-anak kecil yang berbudi pekerti baik, beradat kebiasaan terpuji, dan kerana anak kecil dengan anak kecil lebih membekas pengaruhnya, satu sama lain akan saling meniru terhadap apa yang mereka lihat dan perhatikan".
Sebuah kisah, Ar-Raghib Al-Ashdahani menyebutkan bahwa Al-Manshur mendatangi beberapa orang tawanan dari Bani Umayyah. Ia mengatakan, "Apakah derita yang paling pahit yang kalian rasakan dalam tahanan ini?" Mereka menjawab" Kehilangan kesempatan kami untuk mendidik anak-anak."
InsyaAllah, marilah kita manfaat kesempatan mendidik anak-anak kita, buah hati kita, cahaya mata kita, sumber 'angin segar' kita dikala kita kepayahan dengan dosa-dosa kita diyaumil akhir nanti (dengan doa anak yg sholeh). Karena 'masa-masa emas' mendidik seorang anak itu tak lama.
p/s : rasa serba salah betul, semalam mama marah Alfiyan bah, time kerja pula balik2 ingat anak..
No comments:
Post a Comment